Jumat, 28 Agustus 2009

The Wisdom of Humor - 1

Takut Dibakar di Neraka
Beberapa tahun yang lalu, terjadi kebakaran hutan yang melanda Bangsa Indonesia yang menelan ratusan hektar hutan ternyata mempunyai latar belakang yang sangat menarik. Suatu ketika para pengusaha kayu pernah didatangi beberapa tokoh agama, untuk memberitakan bahwa dosa mereka sangat besar karena telah merusak ekosistem dan menyengsarakan rakyat, dimana pertanian masyarakat ikut terbakar. Bahkan penduduk di beberapa Negara seperti Singapura-Malaysia ikut terganggu pernapasannya sehingga memakai masker, bahkan yang menyedihkan adalah alat transportasi ikut terganggu sehingga beberapa bahan pokok tidak terangkut ke masyarakat.

Salah seorang tokoh agama yang menyampaikan, bahwa akibat perbuatan mereka itu, Tuhan nantinya akan membakar mereka di neraka. Mendengar itu, mereka ketakutan. Mereka mencari jalan keluar agar setelah meninggal nanti, Tuhan tidak dapat membakar mereka.
Akhirnya mereka memutuskan akan menghanguskan semua kayu dan hutan yang ada di dunia ini. Jika Tuhan menghukum mereka di neraka tidak ada lagi kayu untuk membakar mereka.

Moral Cerita :
Sebenarnya benar atau tidak hukuman bakar di neraka dengan menggunakan kayu bakar? Api di Neraka jauh lebih panas dari api yang ada di dunia ini. Di dunia ini berlaku hukum karma yang tak mungkin bisa kita hindari. Kita menanamkan benih apa, maka kita akan memetik buah apa. Tidak ada yang bisa lepas dari hukum karma ini. Kita menanam binih baik, dapat buah baik. Sebaliknya, kita menanam benih buruk, buah buruk yang kita dapat. Baik buruknya hidup kita ada di tangan sendiri, tinggal mau diarahkan kemana hidup kita. Kalau sudah begitu, kenapa kita tidak memilih menanam benih baik aja, biar dapat buah baik.

Iman
Ada seorang pemuda yang saleh dan sangat beriman kepada Tuhan. Lebih beriman dari Raja Salomo. Suatu hari hujan turun dengan lebatnya, dari pagi hingga ke malam, tidak berhenti- henti.
Oleh karena kawasan rumahnya rendah, maka rumahnya mulai dibanjiri (termasuk jiran- jirannya). Air mulai memasuki rumahnya. Tak lama kemudian paras air naik hingga ke pinggang. Tiba- tiba terdengar suara dari luar rumah.
“Saudara, mari ikut kami menaiki perahu ini sebelum air naik lebih tinggi”.
“Seorang pemuda menjawab,”Saya tidak perlu sampan itu karena saya neroman kepada Tuhan. Saya pasti, Dia akan menyelamatkan saya.”

Walaupun mereka terus berkeras untuk membawa pemuda itu, tetapi dia tetap menolak. Hujan masih turun dengan lebatnya dan arus air terus naik sehingga setinggi dada. Kemudian datang petugas membawa perahu dan petugas berkata “saudara segera naik perahu ini agar saudara selamat.”

“Kemudian si pemuda berteriak saya tidak perlu perahu itu karena saya beriman kepada Tuhan. Saya pasti, dia akan selamatkan saya”.

Walapun mereka akan membawanya tetapi semua usaha gagal. Akhirnya mereka pergi. Ketika arus air semakin naik, pemuda itu menaiki bumbung rumahnya untuk menyelamatkan dirinya. Dia terus berdoa dan mempercayai bahwa Tuhan akan menyelamatkannya. Beberapa menit kemudian, paras air mencapai lehernya, walapun berada diatas bumbung rumahnya. Terdengar suara helikopter menghampiri pemuda itu dan juru terbangnya berkata.

“Saudara silahkan naik ke kapal dengan menaiki tangga ini bersama- sama dengan kami, supaya anda tidak mati lemas.”

Seperti tadi pemuda itu berkeras dan berkata. “Saya tidak perlu kapal itu karena saya beriman Tuhan, saya yakin dia pasti akan menyelamatkan saya.”

Juru terbang helikopter itu terus mendorong si pemuda supaya naik tapi pemuda itu terus berkeras, akhirnya juru terbang itu pergi dari tempat tersebut.
“Arus air semakin naik dan akhirnya pemuda itu meninggal dunia. Maka sampailah ia di surga. Dengan hati yang marah dia berjalan menuju ke hadapan Tuhan yesus, sambil berkata dengan suara yang kuat.
“Tuhan Yesus, sia- sia saja saya berdoa dan beriman kepadamu. Lihatlah! Saya sudah meninggal dunia. Sewaktu saya berada dalam kesusahan Engkau tidak datang menolongku.”
Dengan senyuman yang manis Tuhan Yesus menjawab
“AnakKu, anakKu. Aku sungguh mengasihimu. Aku tidak pernah membiarkanmu seorang diri. Sebenarnya aku berusaha membantu engkau. Pertama aku menghantarkan sebuah perahu tetapi kamu tidak menaikinya. Kemudian aku mengantarkan sebuah perahu lagi tapi kamu tetap tidak mau menaikinya dan akhirnya Aku mengantarkan sebuah helikopter, kamu tetap tidak menaikinya.”

Moral Cerita :
Jadi manusia jangan terlalu pintar, yang sampai akhirnya pasti akan mencelakai diri sendiri. Menyingkapi suatu peristiwa harus dengan cinta kasih dan kearifan. Kalau tidak, berarti kita yang menjerumuskan diri sendiri. Tuhan itu maha kasih, kasih Tuhan tak pernah pudar untuk selamanya. Saat ditimpa bencana, Tuhan pasti akan datang membantu kita asal kita percaya pada-NYA. Jangan pernah kita menyingkapi bantuan Tuhan dengan LOGIKA manusia, karena Tuhan tidak bisa dinalar dengan LOGIKA. Jangan pula berharap Tuhan langsung yang memberikan bantuan saat kita ditimpa bencana, itu tak mungkin! Percayalah Tuhan pasti membantu kita, karena bantuan Tuhan itu sangat halus tapi selalu menyelesaikan masalah.

Tuhan dan Tukang cukur
Seperti biasanya, seorang laki-laki,sebut saja Steve, datang ke sebuah salon untuk memotong rambut dan jenggotnya. Ia pun memulai pembicaraan yang hangat dengan tukang cukur yang melayaninya. Berbagai macam topik pun akhirnya jadi pilihan, hingga akhirnya Tuhan jadi subyek pembicaraan.

"Hai Tuan, saya ini tidak percaya kalau Tuhan itu ada seperti yang anda katakan tadi," ujar si tukang cukur. Mendengar ungkapan itu, Steve terkejut dan bertanya, "Mengapa anda berkata demikian?".

"Mudah saja, anda tinggal menengok ke luar jendela itu dan sadarlah bahwa Tuhan itu memang tidak ada.

Tolong jelaskan pada saya, jika Tuhan itu ada, mengapa banyak orang yang sakit? mengapa banyak anak yang terlantar?. Jika Tuhan itu ada, tentu tidak ada sakit dan penderitaan. Tuhan apa yang mengijinkan semua itu terjadi...?" ungkapnya dengan nada yang tinggi.

Steve pun berpikir tentang apa yang baru saja dikatakan sang tukang cukur. Namun, ia sama sekali tidak memberi respon agar argumen tersebut tidak lebih meluas lagi. Ketika sang tukang cukur selesai melakukan pekerjaannya, Steve pun berjalan keluar dari salon. Baru beberapa langkah, ia berpapasan dengan seorang laki-laki berambut panjang dan jenggotnya pun lebat. Sepertinya ia sudah lama tidak pergi ke tukang cukur dan itu membuatnya terlihat tidak rapi.

Steve kembali masuk ke dalam salon dan kemudian berkata pada sang tukang cukur, "Seorang tukang cukur juga tidak ada!"...

Sang tukang cukur pun terkejut dengan perkataan Steve tersebut. "Bagaimana mungkin mereka tidak ada? Buktinya adalah saya. Saya ada di sini dan saya adalah seorang tukang cukur," sanggahnya.

Steve kembali berkata tegas, "Tidak, mereka tidak ada. Kalau mereka ada, tidak mungkin ada orang yang berambut panjang dan berjenggot lebat seperti contohnya pria di luar itu." "Ah, anda bisa saja...Tukang cukur itu selalu ada di mana-mana. Yang terjadi pada pria itu adalah bahwa dia tidak mau datang ke salon saya untuk dicukur," jawabnya tenang sambil tersenyum.

"Tepat!" tegas Steve. "Itulah poinnya. Tuhan itu ada. Yang terjadi pada umat manusia itu adalah karena mereka tidak mau datang mencari dan menemui-Nya. Itulah sebabnya mengapa tampak begitu banyak penderitaan di seluruh dunia ini...."

Moral Cerita :
Tuhan itu harus ada, dan Tuhan itu mutlak ada! Kalau tidak ada Tuhan, maka tidak ada kita pula. Kita semua adalah Anak Tuhan. Bukan cuma itu, bagian jiwa langsung dari Tuhan ada di dalam diri kita yang kita sebut sebagai Hati Nurani. Manusia bisa hidup dan eksis karena keberadaan Hatu Nurani yang menjadi pengendali atas raga kita. Walaupun raga kita sudah musnah, tapi Hati Nurani tetap eksis selamanya. Itulah Tuhan tidak pernah mengalami kemusnahan. Sekarang, Hati Nurani ada dalam diri kita berarti Tuhan ada dalam diri kita. Tinggal bagaimana kita menggali keluar Hati Nurani kita dan sering-sering memanggil Tuhan, maka Tuhan akan selalu bersama kita.

Doa Seorang Ibu
Seorang ibu yang sangat menyayangi anak laki- lakinya mendatangi seorang Dewa dan berdoa agar anaknya punya hobi balap mobil diberikan sebuah mobil balap yang canggih. Si Dewa datang dengan naik kuda dan berkata,”Pulanglah segera dan sampai di rumah nanti kamu harus memotong kerbau dan tanamlah kepala kerbau itu di belakang rumah”.

Si ibu pulang dan melakukan apa yang diperintahkan Dewa tersebut. Seminggu kemudian dia mendapatkan undian sebesar satu milyar dan segera dibelikan mobil untuk anaknya. Tetapi setelah sebulan mendapatkan mobil tersebut si anak mendapatkan kecelakaan pada suatu lomba dan akhirnya meninggal dunia. ,p> Si ibu sangat sedih dan kembali mendatangi Dewa tersebut,”Oh, Dewa dulu engkau memberikan mobil untuk anakku sehingga aku ikut bahagia, tetapi sekarang dia meninggal. Kenapa engkau tidak menjaganya, sehingga dia mengalami kecelakaan ya, Dewa?”

“Ya… ibu, bagaimana saya bisa menjaga anak ibu. Dia naik mobil canggih, sedangkan saya cuma naik kuda, bagaimana saya bisa menjaganya?” jawab Dewa tanpa rasa bersalah.

Moral Cerita :
Menyayangi anak harus dengan kearifan. Kalau tidak, akan mencelakai anak kita sendiri. Mendidik anak jangan terlalu dimanjakan karena pasti akan membuat dia tidak bisa mandiri dan mencelakai dia kelak. Kalau dosa karma sudah datang menagih, para Buddha dan para dewa tidak bisa membantu kita, hanya kita sendiri yang bisa menyelamatkan diri kita. Maka setiap saat laksanakanlah sujud nurani, tobat nurani, dan selalu beramal menanam kebajikan, hanya itu yang bisa membayar karma kita!

Si Gagap
Alkisah ada sebuah penerbit buku cerita yang susah sekali menjual buku edisi terbarunya....(emang kurang bagus sih). Sampai mereka memasang iklan untuk cari salesman/salesgirl buat bantu mereka jual buku tersebut.

Sampai suatu waktu ada orang gagap datang ke penerbitan tersebut bermaksud melamar jadi salesman. "P...Ppper..misi.....," salam si gagap ke penerima tamu. "Ada perlu apa nih pak ?" tanyanya.

"S..ss..saya....mmm..mmmau mme...lammmarrrr jj..jjadi sales pak," jawabnya terbata-bata.

"Apa kamu yakin bisa jualin buku-buku ini? Yang normal, cakep, dan cantik aja nggak gablek ngejualnya !!"

"Bbb..bb.bisa pak," jawabnya yakin banget...mantap.

"Ya udah mulai besok kamu coba jualin deh sepuluh buku dulu ya...?"

Esok harinya, ternyata nggak sampai setengah hari dia udah kembali lagi ke penerbitan untuk minta dibawain buku lagi karena kesepuluh buku tersebut habis laku terjual. Dikasih lagi lah dua puluh buku.....dan nggak sampai jam 4 sore udah balik dan laku juga semuanya.
Begitu seterusnya sampe buku tersebut menjadi best seller. "Wah kamu hebat banget ya....minggu depan akan ada malam resepsi penghormatan buat kamu dan kamu utarakan kepada tamu yang datang apa kiat kamu dalam mencapai keberhasilan ini....gimana, ok kan ?" tanya direktur penerbitan.

"T..Ttte..terim..ma kk...kasih pak," Pada saat malam resepsi tersebut sampailah waktu si gagap memberikan sambutan sambil diiringi tepuk tangan riuh para tamu yang hadir.

"Ayo dong bagi-bagi ke kita gimana sih caranya Anda berhasil ?" seru teman-temannya dari baris belakang.

"Ss...ssederha..ha...na kok, ss...saya cc..ccum...cuman... ,," belum selesai dia berbicara, "Apaan dong cepetan nih !!" potong teman-temennya lagi nggak sabar.
"Ss..sa..saya...cc..cuma..tt..ta..tanya ssaja ke cc..ccal...calon pembelinya, An...anda mmau bb...bbbeli..bu..bukk..ku ini atau...mma..mmau..ss..sss..saya bacain ?"

Moral Cerita :
Kita tidak boleh memandang rendah kepada orang yang memiliki cacat fisik dari kita. Karena belum tentu dia kurang dari kita. Dia bisa saja lebih baik dari kita, kalaulah dia berusaha memperbaiki dan mengatasi kekurangannya itu. Setiap orang punya kelemahan dan keunggulan tersendiri. Kelemahan bisa menjadi keunggulan dalam diri kita, asalkan kita mau berubah untuk memperbaikinya. Sebaliknya keunggulan bisa juga menjadi kelemahan dalam diri kita, bilamana kita menjadi takabur akan keunggulan diri sendiri.

Siapa Paling Cepat?
Sumber : The Wisdom of Humor
Tiga anak kecil sedang bermain bersama-sama, sambil bermain timbul perdebatan di antara mereka. Papa siapa yang merupakan orang tercepat?

A berkata, “Dalam 8 detik papaku bisa lari 100 meter lho.”
B berkata, “Itu tidak ada apa-apanya! Pada saat papaku memanah, dia dapat mengejar panahnya sebelum panah melesat jatuh.”
C berkata, “Saya tidak tahu papa saya termasuk cepat atau tidak. Tapi, pulang kerja di kantor jam 5, tetapi setiap hari jam 4.30 papa saya sudah tiba di rumah.”

Sama-sama Lupa
Sumber : The Wisdom of Humor
Sepasang suami istri naik kereta api berlibur ke selatan, kereta api baru mulai berjalan, ekspresi istrinya tiba-tiba berubah drastis, dan berkata, “Gawat! Saya lupa mencabut colokan setrika, kalau terjadi kebakaran gimana?”

Suaminya menenangkannya sambil berkata, “Tidak apa-apa, saya sepertinya lupa menutup kran air, jadi kalau terjadi kebakaran api juga tidak akan menyebar luas.”

Moral Cerita : Dalam mengerjakan sesuatu hal, haruslah cermat dan waspada. Janganlah mengabaikan hal-hal kecil, karena bila sering melakukan kesalahan karena menganggap itu adalah hal kecil, maka lama kelamaan akan menjadi kesalahan yang besar. Sebaliknya bila sering melakukan perbuatan baik sekalipun kecil, maka itu akan memupuk sebuah kepribadian yang mulia.

Penjahit Terhebat
Di suatu jalan Dago kota Bandung terdapat seorang penjahit yang dengan bangga memasang papan nama yang berbunyi "penjahit terhebat di kota ini". Seminggu kemudian datang lagi seorang penjahit di jalan itu, gak mao kalah dengan penjahit itu dia juga memasang papan nama yang berbunyi "penjahit terhebat di indonesia".

Lalu datang lagi seorang penjahit di jalan itu, kalo yang ini lebih tinggi hati, dia memasang papan namanya "penjahit terhebat di bumi". Penjahit yang terakhir ini lebih rendah hati, dia datang ke jalan itu dan hanya memasang papan nama "penjahit terhebat di jalan ini".

Moral Cerita :
Manusia selalu mengejar kedudukan dan tingkatan yang lebih tinggi, namun seringkali hal ini membawakan kesombongan dan menjadi lupa diri sehingga akhirnya tidak membawakan hasil. Hanya dengan selalu rendah diri barulah kita dapat benar-benar menjadi yang terbaik

Tidak ada komentar:

Posting Komentar